Anaphalis javanica, yang dikenal secara populer sebagai Edelweiss jawa
(Javanese edelweiss), adalah tumbuhan endemik zona alpina/montana di
berbagai pegunungan tinggi Nusantara. Tumbuhan ini dapat mencapai
ketinggian 8 m dan dapat memiliki batang sebesar kaki manusia walaupun
umumnya tidak melebihi 1 m. Tumbuhan ini sekarang dikategorikan sebagai
langka.
Bunga Edelweis bisa mencapai umur lebih dari 100 tahun, untuk itulah
disebut bunga abadi. Jenis ini tumbuhan perintis yang kuat dan mulai
mendiami lereng yang tandus akibat kebakaran. Edelweis cocok tumbuh pada
kondisi panas terik di daerah terbuka di kawah dan puncak, tidak bisa
bersaing untuk tumbuh di hutan yang gelap dan lembab.
Yang paling menarik, meskipun dipetik bunga ini tidak akan berubah
bentuk dan warnanya, selama disimpan di tempat yang kering dengan suhu
ruangan. Karenanya, menurut orang-orang edelweis adalah bunga keabadian.
Bunga yang membuat cinta akan tetap abadi.
Edelweis juga melambangkan pengorbanan. Karena bunga ini hanya tumbuh di
puncak-puncak atau lereng-lereng gunung yang tinggi sehingga untuk
mendapatkannya membutuhkan perjuangan yang amat berat.
Mitos Edelweiss
Ada sepenggal kisah tentang bunga Edelweiss, simak kisahnya sebagai berikut ya...
Dahulu kala ada peri yang paling cantik di seluruh dunia, dialah Sang Peri Salju. Bertahun- tahun yang lalu, dia tinggal di pegunungan tinggi yang di sebut pegunungan Alpen. Dalam sebuah gua besar, di puncak pegunungan paling tinggi dan diselimuti salju abadi, di situlah istananya.
Bagian dalam istananya serba putih. Ruang utama berdinding kaca dan terbuat dari papan- papan es yang di haluskan. Satu bayangan akan terpantul ratusan kali, sehingga seolah- olah ada beratus- ratus orang berdiri di sana, meskipun sesungguhnya hanya ada satu.
Suara- suara akan di pantulkan kembali oleh pilar- pilar yang membeku. Bergema, bersahut- sahutan... mengerikan. Para pendaki gunung dan gembala kambing yang tinggal di lembah rela mempertaruhkan nyawa untuk bisa melihat istana yang indah itu.
Mereka yang beruntung akan bertemu muka dengan peri salju sendiri. Peri salju ini begitu cantik sehingga siapapun yang melihatnya akan jatuh cinta kepadanya. Padahal, sebagai peri ia tak boleh menikah dengan manusia biasa.
Hatinya terbuat dari es. Dingin, beku. Dia tak perduli apakah mereka yang datang ke istananya itu mengaguminya atau tidak. Dia suka sekali menyanyi. Suaranya merdu penuh pesona, bagaikan desah angin semilir diantara daun- daun cemara.
Jika peri salju mulai bosan dengan orang- orang yang mengaguminya, dia akan memanggil peri- peri karang gunung. Mereka akan muncul dari celah- celah karang dan mendorong para pengagum itu hingga jatuh terguling- guling sepanjang lereng gunung yang curam.
Pada suatu hari, seorang pemburu yang tampan dan perkasa mendaki gunung itu, dia mendengar suara merdu peri salju di hembus angin pegunungan.
Dia tak dapat menahan diri untuk tidak mencari sumber suara yang mempesona itu. Siapa gerangan yang tinggal di puncak gunung yang sunyi ini?
Akhirnya dia sampai ke istana salju dan bertemu muka dengan sang peri salju. Pemburu itu lngung jatuh cinta. Tapi karena merasa dirinya orang hina, dia tak mau melahirkan perasaannya. Pikirnya, wanita secantik itu tak mungkin tertarik pada pemburu miskin seperti dia.
Sikapnya ini berbeda sekali dengan rayuan serta pujian yang biasa di dengar oleh peri salju, karena nya dia justru tertarik pada pemuda pemburu itu. Yah... peri salju telah jatuh cinta. Pemuda itu di ijinkan nya tinggal di istananya.
Para peri karang gunung melihat apa yang terjadi. Mereka marah- marah. Ratu salju tidak boleh menikah dengan orang biasa. Mereka keluar dari celah- celah karang menangkap si pemburu dan
melemparkannya ke lembah. Pemburu miskin sepantasnya menikah dengan gadis dusun.
Setiap kali pemburu itu berusaha mendaki kembali, peri- peri karang gunung mencegatnya dan melemparkannya ke lembah. Mereka melemparinya dengan batu. Mereka menggelindingkan bongkah- bongkah es. Peri- peri jahat itu selalu menggagalkan niat si pemuda untuk menemui peri salju.
Akhirnya pemuda pemberani itupun bosan mencoba. Cintanya pada peri salju meluntur. “Aku menyia- nyiakan hidupku dengan memburu sesuatu yang tak kan mungkin kudapat,” keluhnya.
Akhirnya dia menikah dengan gadis petani. dengan sia- sia peri salju menantikan kedatangan kekasihnya. “Dia takkan kembali,” kata peri- peri karang gunung menertawakannya. “Bagimu itu lebih baik. Kau tak boleh menikah dengan manusia.”
Bagaimanapun, hati beku peri salju telah mencair. Untuk pertama kalinya, butir- butir air mata yang hangat menitik dari matanya yang indah. Mengalir ke sela- sela karang dan berubah menjadi bintang- bintang perak. Sekarang kita mengenalnya sebagai bunga edelweiss, bunga yang paling indah yang tumbuh di pegunungan Alpen.
Sad ending ya ceritanya...:(
Mari kita obati dengan penampakan cantik si Edelweiss berikut, hasil googling berjam-jam yang lalu...^______^
Sekian dulu teman-teman.
Semoga besok ada hal menarik lain yang dapat saya bagikan.....
^______^