Pasir putih itu berdiam, kalau memang tak ada yang mengingatkan
kura-kura kecil untuk maju mendekat laut atau mundur kembali pada rimbun
semak-semak. Sebab pasir masih sengaja berdiam, semestinya jika
mencintai laut ocehan camar tak peduli kata terlambat untuk menikmati di
mana takdirnya berada di antara air dan karang.
Namun kaki rentanya tetap melangkah di bawah terik matahari, dan ia sekuat mungkin bertahan sembari
menanti angin berhembus bersama ranting berjatuhan.
Pasir masih
tetap berdiam melihat dari jauh bisakah segala terhapus ombak yang
tiba-tiba datang karena memang jejak kura-kura tak ada tertinggal sebab
cukup sekian tak pandai ia berjuang kepada pasir. Padahal putih pasir
hanya menunggu jejak kecil kura-kura untuk menyentuhnya di saat akhir
tetap bertahan atau mendekat dan berjalan bersama menuju samudra
mengejar senja.
Segalanya bersedih antara mampu melalui masa sulit
di antara pilihan yang memberatkan boleh maju ataupun bertahan ternyata
hanya sementara.
Tetapi tekad bulatnya tetap menyeret langkah kecilnya kembali mendekati laut. Dia seakan rindu berada di tempatnya, rindu dengan kehidupannya dan rindu dengan induknya meskipun kesemuanya masih bersifat semu, belum pernah sama sekali dia rasakan.
Betapa menyesakkan melihat sang kura - kura kecil harus berjuang di usia yang begitu muda. Berjuang untuk hidupnya tanpa arahan dan bimbingan.
Semangat untuk hidup.
Semangat untuk berjuang.
Memperjuangkan apa yang dia lihat sebagai sebuah kehidupan yang jauh lebih baik, meskipun takdir tetap di tangan Sang Pencipta.
Selalu semangat seperti kura-kura kecil ya....^___^
See u next time